Angin Utara dan Matahari: Pelajaran mengenai Esensi Kekuasaan

Angin Utara dan Matahari berselisih tentang siapa di antara mereka yang lebih kuat. Sementara mereka berdebat sengit, seorang pengembara lewat di sepanjang jalan dengan mengenakan jubah.

“Mari kita sepakati,” kata Matahari, “bahwa yang lebih kuat adalah siapa yang dapat melucuti jubah pengembara itu.”

“Baiklah,” gerutu Angin Utara, dan segera mengirimkan hembusan angin dingin dan menderu ke arah pengembara.

Dengan hembusan angin pertama, ujung jubah itu melilit tubuh pengembara. Namun, ia segera melilitkannya dengan erat di sekelilingnya, dan semakin kencang angin bertiup, semakin erat ia memeluknya. Dengan penuh amarah, Angin Utara berusaha mencabik jubah itu, tetapi semua usahanya sia-sia.

Kemudian Matahari mulai bersinar. Awalnya sinarnya lembut, dan dalam kehangatan yang menyenangkan setelah dinginnya Angin Utara yang menusuk, pengembara itu melepaskan pengait jubahnya dan membiarkannya tergantung longgar di bahunya. Sinar Matahari semakin hangat. Lelaki itu melepas topinya dan menyeka dahinya. Akhirnya ia menjadi sangat panas sehingga melepaskan jubahnya, dan, untuk menghindari terik matahari, ia menjatuhkan dirinya di bawah naungan pohon di pinggir jalan.

Gambar dari Milo Winter dalam Aesop’s Favorite Fables

 

Kekuasaan diperoleh dari pengakuan mengenai siapa yang lebih kuat. Masalahnya, siapa sesungguhnya orang yang kuat itu?

Ada dua jenis kekuatan, kekuatan jenis Angin Utara dan kekuatan jenis Matahari. Kekuatan jenis Angin Utara bersifat mendominasi dan memaksa; kekuatan jenis Matahari bersifat sebaliknya, membuat orang patuh secara sukarela.

Selama ini, terutama dalam kehidupan sosial politik, representasi mental kita tentang kekuasaan ada pada jenis pertama. Orang yang berkuasa adalah orang yang punya kemampuan mendominasi dan memaksa. Sejarah peradaban suatu bangsa jatuh dan bangun dari kemampuannya dalam membangun kekuatan militer dan melakukan penaklukan wilayah. Penguasa adalah para para pemimpin negara dan pejabat di bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dengan kekuasaannya mampu menegakkan aturan, menghasilkan undang-undang, dan mengambil keputusan hukum yang bersifat memaksa dan mengikat seluruh warganya.

…kekuasaan pada hakikatnya bersifat relasional, yakni bagaimana seseorang memiliki kemampuan dalam memengaruhi orang lain. Karena hubungan relasional yang saling memengaruhi ada dalam semua interaksi sosial, maka kekuasaan ada di banyak tempat.

 

Jika kekuasaan hanya jenis ini saja, maka kekuasaan hanya dimiliki secara terbatas oleh orang-orang tertentu. Kekuasaan jenis ini hanya berkitar di istana negara, gedung dewan, dan persidangan. Namun, sesungguhnya kekuasaan lebih luas dari sekedar dimaknai sebagai kemampuan dalam memaksa.

Gambar dari Milo Winter dalam Aesop’s Favorite Fables

 

Ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial, berpandangan bahwa pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang tidak berdiri sendiri, namun dipengaruhi oleh keberadaan orang lain. Dengan demikian, kekuasaan pada hakikatnya bersifat relasional, yakni bagaimana seseorang memiliki kemampuan dalam memengaruhi orang lain. Karena hubungan relasional yang saling memengaruhi ada dalam semua interaksi sosial, maka kekuasaan ada di banyak tempat.

Kekuasaan tidak terbatas pada tindakan luar biasa dari orang-orang yang memiliki kekuasaan yang bersifat memaksa; kekuasaan bersifat luas meliputi semua tindakan biasa sehari-hari sepanjang orang melakukan interaksi dan menjalin hubungan sosial satu sama lain. Kekuasaan ada di meja makan keluarga, ruang rapat di kantor, warung kopi, tempat bermain, jalan raya, dan asrama mahasiswa. Kekuasaan dimiliki oleh siapa saja dan karenanya ada pada setiap situasi dimana orang saling berinteraksi dan saling memberi dan menerima pengaruh satu sama lain. Dalam interaksi sehari-hari yang dilakukan oleh orang biasa inilah terdapat kekuasaan jenis Matahari, yakni adanya saling pengaruh sehingga orang dapat patuh secara sukarela.

Adanya saling pengaruh dalam interaksi sosial dibahas pada semua buku teks psikologi sosial berupa topik mengenai pengaruh sosial, yakni bagaimana orang dapat berubah pikiran, perasaan, dan perilakunya karena adanya pengaruh dari orang lain. Pengaruh sosial tersebut terbagi dalam tiga macam, yakni conformity, compliance, dan obedience.

Conformity: Kecenderungan seseorang untuk mengubah sikap dan perilaku yang sejalan dengan norma kelompok. Kita menunjukkan sikap khidmat saat di upacara pemakaman, alih-alih menimbulkan kegaduhan. Kita memilih pakaian tertentu yang berbeda saat pergi ke kampus untuk kuliah dan saat berkunjung ke rumah teman untuk bermain.

Compliance: Kecenderungan seseorang untuk mengubah sikap dan perilaku karena ada permintaan yang bersifat persuasif dari orang lain. Kita memilih membeli produk tertentu karena terpapar iklan yang persuasif. Kita tergiur investasi bodong dan akhirnya tertipu hanya karena yang mengajak adalah teman baik yang selama ini kita percaya.

Obedience: Kecenderungan seseorang untuk mengubah sikap dan perilaku karena ada perintah dari figur otoritas. Kita patuh terhadap perintah atasan bahkan jika perintahnya tidak masuk akal dan merugikan orang lain. Kita mau melakukan tindakan tertentu, yang bahkan melanggar hukum, karena ada figur otoritas yang akan bertanggung jawab terhadap tindakan kita.

Ketiga pengaruh sosial digambarkan dalam sebuah kontinum berikut ini. Pada garis biru, semakin ke kiri tekanan pengaruhnya pada individu semakin kuat. Pada garis merah, semakin ke kanan penolakan individu terhadap pengaruh semakin kuat.

 

Gambar dari Kassin, dkk dalam buku Social Psychology

Jika bisa disepadankan, maka kurang lebih begini: kekuatan jenis Angin Utara yang bersifat memaksa menghasilkan pengaruh sosial berupa obedience; kekuatan jenis Matahari yang bersifat sukarela dan persuasif menghasilkan pengaruh sosial berupa conformity dan compliance. Sebagaimana matahari yang selalu menyapa setiap hari, kita setiap hari secara sukarela mengubah sikap dan perilaku kita agar sesuai dengan apa yang semestinya dan diharapkan orang-orang. Sebagaimana sinar matahari yang lembut, juga terik, yang menghampiri kita setiap hari, kita setiap hari mendapat ajakan persuasif dari orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku kita, sebagaimana hal yang sama kita lakukan pada orang lain.

Similar Posts