Apa Tanda-tanda Terjadi Bullying di sekolah?
Bullying atau yang disebut juga dengan perundungan merupakan masalah dalam pendidikan yang harus dicegah agar tidak terjadi pada siswa-siswi di satuan pendidikan. Agar tindakan bullying pada siswa tidak terjadi dan tidak terus menerus dialami oleh siswa-siswi di sekolah, guru berperan penting untuk mencegah agar tindakan bullying tidak terjadi. Untuk itu, penting bagi guru untuk mengenali tanda-tanda terjadi bullying pada siswa di sekolah.
Phyllis Kaufman Goodstein dalam bukunya How to Stop Bullying in Classrooms and Schools: Using Social Architecture to Prevent, Lessen, and End Bullying (2013) menyampaikan bahwa dalam sebagian besar kasus, siswa yang di-bully tidak memberi tahu guru tentang pelecehan tersebut. Ini menimbulkan masalah karena guru tidak dapat melakukan intervensi kecuali mereka tahu ada masalah. Untuk itu guru dipaksa menjadi detektif, mencari petunjuk non-verbal, perilaku, dan visual yang mengindikasikan adanya bullying dan menyelidiki setiap kecurigaan, bahkan jika siswa mengaku tidak di-bully.
Untuk dapat tahu mengenai apakah terjadi bullying, guru dapat mengetahuinya dari gejala-gejala terjadinya bullying. Ada sejumlah tanda-tanda bullying yang dikelompokkan dalam tanda-tanda fisik, tanda-tanda perilaku, tanda-tanda menghindar, tanda-tanda sosial, tanda-tanda akademis, dan tanda-tanda lainnya.
Berikut ini penjelasan Goodstein mengenai tanda-tanda terjadinya bullying di sekolah.
Tanda-tanda Fisik
- Lebih banyak goresan, memar, dan cedera daripada biasanya—Penjelasan yang tidak masuk akal atau klaim cedera yang ditimbulkan sendiri (jatuh) dapat menjadi alasan untuk menutupi perundungan.
- Sering sakit—Stres merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga menurunkan daya tahannya terhadap penyakit.
- Kesulitan tidur, mimpi buruk—Tidur terganggu karena dampak fisik dan/atau mental dari perundungan.
- Gagap—Ini mungkin merupakan manifestasi fisik dari stres.
- Kelelahan—Kekhawatiran, stres, cedera, dan kurang tidur dapat membuat anak-anak korban perundungan kelelahan.
- Perbedaan fisik—Anak-anak akan dirundung karena perbedaan yang mereka rasakan, seperti bertubuh lebih kecil, lebih lemah, atau tidak secantik teman sekelas.
Tanda-tanda Perilaku
- Kesedihan—Ketidakbahagiaan dapat disebabkan oleh ketiadaan teman, penghinaan, pengucilan, atau kesepian.
- Kecemasan—Ketakutan antisipatif membuat anak-anak korban perundungan terus-menerus merasa cemas.
- Tampak depresi atau ingin bunuh diri—Perasaan tidak berdaya, dan putus asa dapat menyebabkan depresi. Depresi dapat memicu ide bunuh diri.
- Ledakan amarah—Degradasi, rasa sakit, dan ketidakadilan akibat perundungan dapat memicu kemarahan.
- Mulai merundung anak dan saudara kandung lain—Melampiaskan frustrasi kepada orang lain dan mencoba mendapatkan kembali sebagian kekuatan yang hilang.
- Cenderung diam—Anak-anak bisa diam jika mereka takut diejek atau jika mereka depresi.
- Rasa percaya diri menurun—Penghinaan, cemoohan, dan pengucilan yang sering terjadi akan menguji kepercayaan diri orang yang paling kuat sekalipun.
- Kurangnya kontak mata—Anak tidak ingin ada yang melihat rasa sakitnya.
Tanda-tanda Menghindar
- Membolos, absen—Orang tidak dapat di-bully jika mereka tidak hadir.
- Sering ingin pergi ke ruang perawat atau rumah—Tempat-tempat ini adalah tempat perlindungan yang aman.
- Menolak pergi ke kamar mandi—Toilet tanpa pengawasan adalah tempat rawan bullying.
- Menghindari orang dan tempat tertentu—Strategi ini digunakan untuk menghindari pelaku bullying.
- Datang terlambat atau pulang lebih awal—Mereka yang dilecehkan menjaga jarak dari kelompok pelaku bullying.
- Menjadi sukarelawan untuk pekerjaan agar tidak mengganggu waktu istirahat—Perundungan merajalela selama jam istirahat. Kegiatan yang menjauhkan siswa dari kekerasan diupayakan.
- Tetap dekat dengan orang dewasa—Orang dewasa dapat berperan sebagai pencegah atau pelindung.
Tanda-tanda Akademis
- Kesulitan berkonsentrasi—Sulit berpikir ketika diliputi rasa takut dan nyeri.
- Kehilangan minat pada tugas sekolah—Keselamatan adalah prioritas utama. Akademis dikesampingkan.
- Tugas sekolah tidak lengkap, berantakan, dan tidak optimal—Sulit fokus pada tugas ketika mengkhawatirkan keselamatan pribadi.
- Tidak mengerjakan PR—Anak yang dilecehkan mungkin terlalu kesal, terluka, atau lelah untuk menyelesaikan tugas; atau mungkin kehilangan kertas selama episode perundungan.
- Nilai menurun atau meningkat—Nilai biasanya menurun tetapi dapat meningkat ketika siswa menggunakan tugas sekolah untuk menangkal pikiran-pikiran menyakitkan tentang perundungan.
- Kewaspadaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok—Merupakan naluri manusia untuk menghindari orang yang menyerang atau berpotensi melakukannya.
- Menolak berpartisipasi dalam kegiatan sekolah—Kegiatan-kegiatan ini biasanya kurang diawasi, sehingga meningkatkan risiko perundungan.
Tanda-tanda Sosial
- Menjadi sasaran pelecehan, ejekan, dan ancaman—Kekejaman yang tak henti-hentinya mengikuti anak-anak korban perundungan.
- Memiliki julukan negatif—Teman tidak akan memberikan nama yang merendahkan kepada teman mereka. Nama yang menyakitkan atau merendahkan merupakan indikasi perundungan.
- Menjadi bahan lelucon, ditertawakan—Semua orang pernah diolok-olok, tetapi anak-anak korban perundungan selalu menjadi sasaran.
- Menjadi orang terakhir yang dipilih untuk kelompok atau tim—Anak-anak korban perundungan tidak diinginkan dalam tim atau kelompok. Penempatan mereka dipaksakan atau secara otomatis ketika tidak ada seorang pun yang tersisa.
- Kehilangan teman atau tidak ingin bergaul dengan teman lama—Persahabatan sering kali hilang ketika anak-anak dirundung karena mereka takut bergaul dengan teman sebaya korban perundungan karena takut mereka menjadi target baru. Ketidakmauan bergaul dengan teman-teman mungkin disebabkan oleh “teman-teman” mereka yang sekarang menindas mereka.
- Duduk sendirian—Korban perundungan dikucilkan.
- Rasa malu dan sensitif—Rasa malu atau sensitif dapat dianggap sebagai kerentanan, menjadikan anak sasaran.
- Bahasa tubuh yang buruk—Komunikasi nonverbal dapat menandakan kurangnya kepercayaan diri atau kelemahan, menjadikan orang tersebut target yang menarik.
- Kurangnya keterampilan sosial—Keterampilan sosial yang buruk dapat membuat seorang anak menonjol, meningkatkan risiko dirundung. Hal ini juga menyulitkan untuk membela diri.
- Kurangnya keterampilan asertif—Mereka yang memiliki keterampilan asertif yang buruk cenderung kurang berhasil mencegah, menangkis, atau menangani perundungan.
Tanda-tanda Lain
- Barang rusak—Buku, pakaian, dan barang-barang berharga dapat rusak selama perundungan.
- Barang hilang—Anak-anak yang dirundung mungkin mengaku buku sekolah, pakaian, dan barang berharga mereka “hilang” setelah dicuri atau dihancurkan.
- Uang “hilang”—Mereka yang dirundung mungkin takut akan pembalasan atau malu, sehingga mereka mengatakan uang mereka “hilang”, padahal sebenarnya uang itu dicuri.
- Mencuri—Siswa mungkin mencuri uang untuk membayar makan siang atau pengeluaran lainnya karena uang mereka dicuri oleh seseorang yang menindas mereka.
- Membawa senjata untuk perlindungan—Tongkat, pisau, pistol, atau senjata lainnya dapat digunakan untuk keamanan dan pertahanan diri karena tidak ada teman yang dapat membantu membela diri atau menangkis perundungan.
- Anak-anak yang tidak agresif dituduh memulai perkelahian—Tanda bahaya harus dikibarkan ketika anak-anak yang lemah, pemalu, dan tidak agresif yang tidak dapat membela diri ditemukan di tengah perkelahian dan selalu disalahkan karena memulainya.
Penjelasan lebih detail mengenai apa saja kriteria suatu tindakan disebut bullying, jenis-jenis bullying, mengapa terjadi bullying, akibat bullying pada pelaku dan korban, dan peran guru dalam mengatasi bullying dapat dibaca pada artikel mengenai bullying.