President Barack Obama awards the National Medal of Science to Dr. Albert Bandura, Stanford University, Calif., during a ceremony to honor the recipients of the National Medal of Science and National Medal of Technology and Innovation, in the East Room of the White House, May 19, 2016. Official White House Photo by Pete Souza). Source: Albertbandura.com

Efikasi-diri

Share this:

Konsep mengenai efikasi-diri dikenalkan oleh Albert Bandura, ilmuwan psikologi dari Universitas Stanford, pada tahun 1977 dalam artikelnya berjudul Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.

Pada artikel Bandura yang mengulas mengenai efikasi-diri, Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai berikut:

Perceived self-efficacy is defined as people’s beliefs about their capabilities to produce designated levels of performance that exercise influence over events that affect their lives. Self-efficacy beliefs determine how people feel, think, motivate themselves and behave.

Efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk mencapai tingkat kinerja tertentu yang berpengaruh terhadap peristiwa-peristiwa yang memengaruhi kehidupan mereka. Keyakinan terhadap efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri sendiri, dan berperilaku.

Pada artikel tahun 1977 tersebut, Bandura menjelaskan bahwa efikasi-diri terdiri atas tiga dimensi, yaitu sebagai berikut:

1. Magnitude (Besaran): Dimensi ini mengacu pada besaran tingkat kesulitan tugas itu sendiri. Misalnya, seseorang mungkin merasa mampu melakukan tugas-tugas dengan magnitude (besaran) rendah, misalnya mengirim email, tetapi memiliki efikasi diri yang lebih rendah dalam menyelesaikan tugas dengan magnitude tinggi, misalnya menyelesaikan tugas tulis mata kuliah.

2. Generality (Keumuman): Dimensi ini mengacu pada sejauh mana efikasi diri seseorang pada satu situasi atau domain dapat digeneralisasi ke situasi atau domain lain.

3. Strength (Kekuatan): Domain ini mengacu pada seberapa kuat tingkat kepercayaan diri yang dimiliki seseorang mengenai bagaimana melakukan tugas-tugas tertentu.

Dari mana efikasi-diri berasal? Bandura menjelaskan bahwa efikasi-diri bersumber dari empat hal, yakni:

1. Pengalaman penguasaan (mastery experiences)

Terkait hal ini, Bandura menulis,

Kesuksesan membangun keyakinan yang kuat akan efikasi pribadi seseorang. Kegagalan melemahkannya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa efikasi tertanam kuat. Jika orang hanya mengalami kesuksesan yang mudah, mereka mengharapkan hasil yang cepat dan mudah putus asa karena kegagalan. Rasa efikasi yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam mengatasi rintangan melalui upaya yang gigih.

2. Pengalaman perwakilan yang diberikan oleh model sosial (vicarious experiences provided by social models)

Terkait ini, Bandura menjelaskan,

Melihat orang-orang yang mirip dengan diri sendiri berhasil melalui upaya berkelanjutan meningkatkan keyakinan pengamat bahwa mereka juga memiliki kemampuan untuk menguasai aktivitas yang sebanding agar berhasil. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun telah berupaya keras menurunkan penilaian pengamat terhadap efikasi mereka sendiri dan melemahkan upaya mereka. Dampak pemodelan terhadap efikasi diri yang dirasakan sangat dipengaruhi oleh kesamaan yang dirasakan dengan model. Semakin besar kesamaan yang diasumsikan, semakin persuasif keberhasilan dan kegagalan model. Jika orang melihat model sangat berbeda dari diri mereka sendiri, efikasi diri yang dirasakan tidak terlalu dipengaruhi oleh perilaku model dan hasil yang dihasilkannya.

3. Persuasi sosial (Social persuasion)

Terkait hal ini, Bandura menulis,

Orang yang diyakinkan secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai aktivitas tertentu cenderung mengerahkan upaya yang lebih besar dan mempertahankannya dibandingkan jika mereka memendam keraguan diri dan berkutat pada kekurangan pribadi ketika masalah muncul. Sejauh dorongan persuasif dalam persepsi efikasi diri mendorong orang untuk berusaha cukup keras untuk berhasil, hal itu mendorong pengembangan keterampilan dan rasa efikasi pribadi.

 

4. Mengurangi reaksi stres dan mengubah kecenderungan emosional negatif serta salah tafsir terhadap kondisi fisik (reduce stress reactions and alter negative emotional proclivities and misinterpretations of physical states)

Terkait ini, Bandura menjelaskan,

Yang penting bukanlah intensitas reaksi emosional dan fisik semata, melainkan bagaimana reaksi tersebut dipersepsikan dan diinterpretasikan. Orang yang memiliki rasa efikasi yang tinggi cenderung memandang kondisi gairah afektif mereka sebagai fasilitator kinerja yang memberi energi, sementara mereka yang diliputi keraguan diri menganggap gairah mereka sebagai sesuatu yang melemahkan.

Bagaimana efikasi-diri diukur?

Efikasi-diri dapat diukur menggunakan The General Self-Efficacy Scale (GSE) yang dikembangkan oleh Schwarzer, R. dan Jerusalem, M. (1995) yang terdiri atas 10 item. Identitas alat ukur tersebut dan item-itemnya dapat dilihat di sini. Item-item versi bahasa Indonesia dapat dilihat di sini. Adaptasi alat ukur GSE ke dalam Bahasa Indonesia dilakukan oleh Novrianto dkk dalam artikel berjudul Validitas konstruk instrumen General Self Efficacy Scale versi Indonesia.

Efikasi-diri juga dapat diukur menggunakan Self-Efficacy Scale yang dikembangkan oleh Sherer, et al. pada tahun 1982. Alat ukur ini mengandung 23 item yang terdiri atas dua subskala, yakni subskala General Self-Efficacy (17 item) dan subskala Social Self-Efficacy (6 item).

Alat ukur self-efficacy yang lain misalnya New General Self-Efficacy Scale oleh Chen et al (2001) yang terdiri atas 8 item.

Share this:

Similar Posts