Kasihanilah Pembaca Anda: Delapan Saran Menulis dari Kurt Vonnegut

Kurt Vonnegut, novelis berkebangsaan Amerika Serikat yang dikenal dengan gaya penulisan yang humoris dan satir, berpandangan bahwa penulis non-fiksi mestinya memiliki gaya tertentu dalam tulisan-tulisannya. Ia mengkritik wartawan surat kabar yang tidak mengungkapkan apapun tentang diri mereka dalam tulisan-tulisannya. Mereka mengutamakan isi tulisan yang menjadi inti berita sehingga tulisannya tidak ada sentuhan personal. Menurut Vonnegut hal ini membuat mereka menjadi orang yang aneh dalam dunia kepenulisan karena “hampir semua orang yang berlumuran tinta di dunia tersebut mengungkapkan banyak hal tentang diri mereka kepada pembaca”. Oleh Vonnegut, pengungkapan mengenai diri mereka dalam tulisan-tulisan yang dibuat, entah dilakukan secara sadar maupun tidak, disebut dengan elemen gaya (element of style). Vonnegut menerangkan,

These revelations tell us as readers what sort of person it is with whom we are spending time. Does the writer sound ignorant or informed, stupid or bright, crooked or honest, humorless or playful? And on and on.

Pengungkapan ini memberi tahu kita sebagai pembaca, orang macam apa yang dengannya kita menghabiskan waktu. Apakah penulis itu terdengar kurang berpengetahuan atau berpengetahuan, bodoh atau cerdas, licik atau jujur, tidak punya selera humor atau suka melucu? Dan seterusnya.

Vonnegut mengajak para penulis non-fiksi untuk memeriksa gaya penulisannya masing-masing dan berupaya untuk memperbaikinya. Menurut Vonnegut,

Do so as a mark of respect for your readers, whatever you’re writing. If you scribble your thoughts any which way, your readers will surely feel that you care nothing about them. They will mark you down as an egomaniac or a chowderhead — or, worse, they will stop reading you.

Lakukan itu sebagai tanda penghormatan kepada pembaca Anda, apa pun yang Anda tulis. Jika Anda menuliskan pikiran Anda dengan cara apa saja, pembaca Anda pasti akan merasa bahwa Anda tidak peduli dengan mereka. Mereka akan menganggap Anda sebagai orang yang egois atau orang yang sok tahu — atau, lebih buruk lagi, mereka akan berhenti membaca tulisan Anda.

Menurut Vonnegut, gaya penulisan ini membuat kita sebagai pembaca menyukai atau tidak menyukai penulis berdasarkan apa yang mereka pilih untuk ditunjukkan atau dipikirkan oleh pembaca melalui tulisan-tulisannya. Kita tidak akan pernah sekalipun mengagumi penulis yang berpikiran kosong karena penguasaannya yang rendah terhadap bahasa. Menurut Vonnegut, penulis yang tidak tahu apa yang menarik dan apa yang tidak menarik untuk ditulis dan dipikirkan pembaca adalah penulis dengan gaya penulisan yang paling buruk.

 

Agar penulis memiliki gaya penulisan dan ada kepribadian yang khas penulis yang terkandung dalam tulisan-tulisannya, Vonnegut memberikan beberapa kiat berikut ini.

 

  1. Temukan subjek yang Anda peduli terhadapnya

Agar penulis memiliki gaya, penting untuk menemukan topik tulisan yang penulis peduli terhadapnya. Kepedulian inilah yang akan menjadi elemen menarik dalam gaya penulisan.

Find a subject you care about and which you in your heart feel others should care about. It is this genuine caring, and not your games with language, which will be the most compelling and seductive element in your style.

I am not urging you to write a novel, by the way — although I would not be sorry if you wrote one, provided you genuinely cared about something. A petition to the mayor about a pothole in front of your house or a love letter to the girl next door will do.

Temukan subjek yang Anda pedulikan dan yang menurut Anda harus diperhatikan orang lain. Kepedulian yang tulus inilah, dan bukan permainan bahasa Anda, yang akan menjadi elemen yang paling menarik dan menggoda dalam gaya Anda.

Ngomong-ngomong, saya tidak mendesak Anda untuk menulis novel — meskipun saya tidak akan menyesal jika Anda menulisnya, asalkan Anda benar-benar peduli tentang sesuatu. Petisi kepada wali kota tentang lubang jalan di depan rumah Anda atau surat cinta kepada gadis tetangga sudah cukup.

 

  1. Jangan bertele-tele

Agar tulisan mengandung gaya, Vonnegut menyarankan kepada para penulis untuk tidak menulis secara bertele-tele. Pada bagian ini Vonnegut melucu dengan tidak menulis apapun mengenai elemen ini kecuali, “Saya tidak akan bertele-tele tentang itu.

 

  1. Buat agar tulisan sederhana

Vonnegut memandang tulisan yang sederhana itu penting dimiliki penulis agar punya gaya penulisan. Menurut Vonnegut, “Kesederhanaan bahasa tidak hanya terhormat, tetapi bahkan sakral.” Vonnegut mencontohkan kesederhanaan tulisan pada karya Shakespeare saat menulis kalimat sederhana yang terkenal, “To be or not to be?” Juga kalimat favorit Vonnegut pada salah satu cerita pendek James Joyce, “Saya lelah.”

 

  1. Miliki keberanian untuk membuang bagian tulisan yang tidak perlu

Mengenai elemen ini, Vonnegut punya aturan begini, “Jika sebuah kalimat, betapa pun bagusnya, tidak menjelaskan pokok bahasan Anda dengan cara yang baru dan bermanfaat, coret saja.

 

  1. Buat tulisan yang terdengar seperti diri Anda sendiri

Menurut Vonnegut, gaya penulisan yang paling alami adalah gaya penulisan yang berasal dari bahasa yang didengar pada masih kecil. Dalam hal ini, bahasa pertama dari penulis akan mewarnai gaya tulisannya.  Menurut Vonnegut, “Semua ragam bahasa ini indah. seperti halnya ragam kupu-kupu itu juga indah. Tidak peduli apa bahasa pertama Anda, Anda harus menghargainya sepanjang hidup Anda.

 

  1. Katakan apa yang ingin Anda katakan

Menurut Vonnegut, kemampuan berbahasa penting dimiliki penulis Agar bisa mengatakan yang ingin dikatakan. Dengan begitu karya tulis yang dihasilkan mudah dipahami oleh pembaca. Vonnegut berkisah,

My teachers wished me to write accurately, always selecting the most effective words, and relating the words to one another unambiguously, rigidly, like parts of a machine. The teachers did not want to turn me into an Englishman after all. They hoped that I would become understandable — and therefore understood.

Guru-guru saya ingin saya menulis dengan akurat, selalu memilih kata-kata yang paling efektif, dan menghubungkan kata-kata satu sama lain dengan jelas, kaku, seperti bagian-bagian mesin. Guru-guru itu tidak ingin mengubah saya menjadi orang Inggris. Mereka berharap saya menjadi orang yang mudah dipahami—dan karenanya tulisan saya dapat dipahami.

Untuk membuat tulisan mudah dipahami, Vonnegut memandang penting kemampuan teknis dalam menulis. Menurutnya, “Jika saya melanggar semua aturan tanda baca, membuat kata-kata memiliki arti apa pun yang saya inginkan, dan merangkainya dengan asal-asalan, saya tidak akan dipahami.”

 

  1. Kasihanilah pembaca Anda

Vonnegut mengajak penulis untuk berempati kepada pembacanya karena membaca karya tulis itu tidak mudah. Saat membaca suatu karya, “Pembaca harus mengenali ribuan tanda kecil di atas kertas, dan diharapkan memahaminya dengan segera. Mereka harus membaca, sebuah seni yang sangat sulit sehingga kebanyakan orang tidak benar-benar menguasainya bahkan setelah mempelajarinya di sekolah dasar dan sekolah menengah—dua belas tahun yang panjang.” Vonnegut menambahkan,

So this discussion must finally acknowledge that our stylistic options as writers are neither numerous nor glamorous, since our readers are bound to be such imperfect artists. Our audience requires us to be sympathetic and patient teachers, ever willing to simplify and clarify, whereas we would rather soar high above the crowd, singing like nightingales.

Jadi, diskusi ini akhirnya harus mengakui bahwa pilihan gaya kita sebagai penulis tidaklah banyak atau glamor, karena pembaca kita pastilah seniman yang tidak sempurna.Audiens kita mengharuskan kita untuk menjadi guru yang simpatik dan sabar, yang selalu bersedia menyederhanakan dan memperjelas, sedangkan kita lebih suka terbang tinggi di atas orang banyak, bernyanyi seperti burung bulbul.

 

  1. Baca lebih detail mengenai saran menulis dari para penulis yang memiliki gaya tulisan

Tentang hal ini, Vonnegut menyarankan untuk membaca buku berjudul The Element of Style karya William Strunk, Jr. dan E. B. White. Dalam buku tersebut penulisnya memberi petunjuk penulisan yang lebih teknis, tidak hanya mengenai gaya tetapi juga mengenai penulisan tanda baca agar tulisan mudah dipahami.

Buku lain mengenai menulis yang patut dibaca secara rutin oleh penulis adalah On Writing Well karya William Zinsser. Membaca buku ini membuat kita tidak hanya diajarkan mengenai cara menulis, tetapi menikmati karya dari penulis yang memiliki gaya penulisan yang kuat: sederhana, jelas, dan hangat.

Similar Posts