Literasi Presentasi: Keterampilan Utama Abad 21

Ada rasa bahagia yang bersemi saat berada di ruang kelas menyaksikan mahasiswa mempresentasikan materi dengan baik; namun rasa yang sebaliknya muncul saat mahasiswa melakukan presentasi dengan cara yang sebaliknya juga. Jadi, saat mahasiswa berada di depan kelas mengambil alih proses belajar namun menyampaikan presentasi yang sulit membuat mahasiswa seisi kelas memahami materi, saya akan menduga rasa tidak bahagia bakal mewarnai pertemuan di hari itu. Alih-alih menjelaskan, mahasiswa biasanya akan mengandalkan power point yang tampil di layar yang dipenuhi dengan tulisan dengan cara membacanya, sering kali tidak memahami apa yang dibaca. Jika demikian keadaannya, saya biasanya akan meminta mahasiswa untuk berhenti dan mengulang presentasinya saat benar-benar sudah siap.

Saya menduga, mahasiswa mulai melakukan presentasi saat berada di tahun pertama sebagai mahasiswa.  Saat berada di bangku sekolah mereka belum banyak pengalaman presentasi, mungkin karena sekolah-sekolah kita tidak membiasakan siswa belajar dengan cara presentasi. Di kampus, apalagi kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia mengharuskan kampus menyelenggarakan pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student-based learning), ruang kelas menjadi ajang mahasiswa belajar dengan cara melakukan presentasi. Biasanya, bagi mahasiswa yang menggunakan presentasi sebagai sarana belajar, kemampuan presentasi mereka akan meningkat seiring dengan bertambahnya semester yang mereka jalani. Bagi mahasiswa yang tidak memandang presentasi sebagai sarana belajar, namun sebagai beban tugas semata, kemampuan presentasi mereka tidak banyak berubah.

Literasi presentasi akan menjadi keterampilan hidup yang penting untuk dimiliki dalam beberapa dekade mendatang.

Memandang presentasi sebagai cara belajar mendorong kita tidak hanya memahami materi yang akan dipresentasikan semata, namun mampu menyampaikan materi kepada rekan di kelas dengan cara yang dapat dipahami. Maka, pada saat menyiapkan presentasi, kita perlu memastikan bahwa kita benar-benar paham atas materi yang akan kita sampaikan. Mungkin perlu menjelaskan dengan melafalkannya, alih-alih membaca. Mungkin juga perlu latihan presentasi bersama rekan satu kelompok, dan satu sama lain saling menilai apakah penyampaiannya mudah atau susah untuk dipahami. Merasa memahami materi dengan baik jadi tidak perlu latihan? Orang yang ahli sekali pun, saat mempresentasikan materi yang menjadi keahliannya, yang sudah menjadi makanan pokoknya bertahun-tahun, bahkan mendedikasikan diri sepanjang hidup, masih perlu menguji kemampuannya dengan latihan presentasi. Tidak ada waktu untuk latihan? Bahkan orang sesibuk Bill Gates pun masih meluangkan waktu untuk latihan sebelum presentasi.

Untuk meningkatkan efikasi diri dalam presentasi, saya biasanya akan menyarankan mahasiswa untuk menonton secara mandiri video-video presentasi di TED.com. Ada banyak topik yang bisa kita pilih untuk mengamati bagaimana orang-orang melakukan presentasi dengan baik. Topik-topik bidang psikologi yang disampaikan oleh tokoh-tokoh psikologi kontemporer bisa kita saksikan di sana, di antaranya Martin Seligman, Philip Zimbardo, Carol Dweck, Adam Grant, dan masih banyak lagi.

Untuk belajar lebih detail mengenai presentasi, ada buku bagus yang ditulis oleh kurator TED, Chris Anderson, berjudul TED Talks: The Official TED Guide to Public Speaking. Ia menjelaskan secara rinci mengenai bagaimana melakukan presentasi yang baik, mulai dari menyiapkan materi sampai sejumlah hal teknis yang memengaruhi kualitas presentasi. Untuk kali ini, saya hanya akan mengutip bagian yang ditulis di bukunya mengenai pentingnya siswa, juga mahasiswa, memiliki kemampuan presentasi. Anderson menyebut kemampuan ini sebagai literasi presentasi (presentation literacy). Anderson menulis,

In the twenty-first century, presentation literacy should be taught in every school. Indeed, before the era of books, it was considered an absolutely core part of education, albeit under an old-fashioned name: rhetoric. Today, in the connected era, we should resurrect that noble art and make it education’s fourth R: reading, ’riting, ’rithmetic … and rhetoric.

Pada abad ke-21, literasi presentasi harus diajarkan di setiap sekolah. Bahkan, sebelum era buku, literasi presentasi dianggap sebagai bagian inti pendidikan, meskipun dengan nama lama: retorika. Saat ini, di era yang serba terhubung, kita harus menghidupkan kembali seni luhur itu dan menjadikannya R keempat pendidikan: membaca, menulis, berhitung… dan retorika.

We think presentation literacy should be a core part of every school’s curriculum, on par with reading and math. It’s going to be an important life skill to have in the decades ahead.

Kami berpendapat bahwa literasi presentasi harus menjadi bagian inti dari kurikulum setiap sekolah, setara dengan membaca dan matematika. Literasi presentasi akan menjadi keterampilan hidup yang penting untuk dimiliki dalam beberapa dekade mendatang.

Presentation literacy isn’t an optional extra for the few. It’s a core skill for the twenty-first century. It’s the most impactful way to share who you are and what you care about. If you can learn to do it, your self-confidence will flourish, and you may be amazed at the beneficial impact it can have on your success in life, however you might choose to define that.

Literasi presentasi bukanlah hal opsional bagi sebagian orang. Ini adalah keterampilan inti untuk abad ke-21. Ini adalah cara yang paling berdampak untuk menunjukkan siapa Anda dan apa yang Anda pedulikan. Jika Anda dapat mempelajarinya, kepercayaan diri Anda akan tumbuh subur, dan Anda mungkin akan kagum dengan dampak menguntungkan yang dapat diberikannya pada kesuksesan Anda dalam hidup, apa pun definisinya.

Jadi rekan mahasiswa, gunakan kesempatan presentasi di kelas dengan baik. Jadikan kesempatan tersebut sebagai ajang latihan kemampuan utama yang dibutuhkan dan akan berdampak terhadap kualitas hidup di masa depan. Hanya beberapa semester saja kemampuan presentasi akan membantu Anda meyakinkan para penguji skripsi atas penelitian yang Anda lakukan. Juga, beberapa waktu setelahnya kemampuan ini akan membantu Anda, wahai para mahasiswa, bertemu dengan calon mertua dengan maksud melamar gadis pujaan Anda.

Similar Posts