Bullying: Pengertian, Jenis, Sebab, Akibat, dan Tanda-tandanya
Mengapa terjadi bullying?
Berikut ini sejumlah alasan yang bersifat sosial yang mendorong siswa melakukan bullying menurut Goodstein:
- Hirarki sosial dan dominasi dalam relasi pertemanan
- Kekuasaan dan status dalam relasi pertemanan
- Kurangnya pertemanan
- Belajar dari lingkungan sekitar
- Rasa memiliki anggota kelompok karena kesamaan karakteristik
- Penularan sosial
- Konformitas
- Rasa tertarik pada orang yang dominan
- Sebab-sebab yang bersifat sosio-ekologis, baik dari individu, keluarga, sekolah, limgkungan sekitar, dan budaya masyarakat
- Meyakini bahwa tindakan bullying menguntungkan
- Merasa bahwa tindakan bullying dibolehkan
Apa akibat bullying pada korban?
Bullying dapat berakibat negatif pada korban baik secara psikologis, fisik, sosial, dan akademik. Akibat-akibat ini saling terkait satu sama lain.
- Akibat psikologis, antara lain:
- Rasa cemas dan trauma
- Harga diri (self-esteem) menurun
- Depresi
- Merasa tidak berdaya (helplessness)
- Ide bunuh diri
- Akibat fisik
- Imun tubuh menurun
- Sakit kepala, sakit perut
- Susah tidur
- Sakit bahu dan punggung
- Akibat sosial
- Kehilangan teman (dijauhi atau ditolak)
- Isolasi
- Kesepian
- Akibat akademik
- Bolos atau absen dari sekolah
- Nilai raport menurun
- drop out
Apa akibat bullying pada pelaku?
- Kriminalitas dan kekerasan
- Mengalami masalah dalam relasi pertemanan
- Depresi
- Ide bunuh diri
Apa tanda-tanda terjadi bullying?
Goodstein menyampaikan bahwa dalam sebagian besar kasus, siswa yang dirundung tidak memberi tahu guru tentang pelecehan tersebut. Ini menimbulkan masalah karena guru tidak dapat melakukan intervensi kecuali mereka tahu ada masalah. Untuk itu guru dipaksa menjadi detektif, mencari petunjuk non-verbal, perilaku, dan visual yang mengindikasikan adanya perundungan dan menyelidiki setiap kecurigaan, bahkan jika siswa mengaku tidak dirundung. Berikut ini menjelasan Goodstein mengenai tanda-tanda perundungan.
Tanda-tanda Fisik
- Lebih banyak goresan, memar, dan cedera daripada biasanya—Penjelasan yang tidak masuk akal atau klaim cedera yang ditimbulkan sendiri (jatuh) dapat menjadi alasan untuk menutupi perundungan.
- Sering sakit—Stres merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga menurunkan daya tahannya terhadap penyakit.
- Kesulitan tidur, mimpi buruk—Tidur terganggu karena dampak fisik dan/atau mental dari perundungan.
- Gagap—Ini mungkin merupakan manifestasi fisik dari stres.
- Kelelahan—Kekhawatiran, stres, cedera, dan kurang tidur dapat membuat anak-anak korban perundungan kelelahan.
- Perbedaan fisik—Anak-anak akan dirundung karena perbedaan yang mereka rasakan, seperti bertubuh lebih kecil, lebih lemah, atau tidak secantik teman sekelas.
Tanda-tanda Perilaku
- Kesedihan—Ketidakbahagiaan dapat disebabkan oleh ketiadaan teman, penghinaan, pengucilan, atau kesepian.
- Kecemasan—Ketakutan antisipatif membuat anak-anak korban perundungan terus-menerus merasa cemas.
- Tampak depresi atau ingin bunuh diri—Perasaan tidak berdaya, dan putus asa dapat menyebabkan depresi. Depresi dapat memicu ide bunuh diri.
- Ledakan amarah—Degradasi, rasa sakit, dan ketidakadilan akibat perundungan dapat memicu kemarahan.
- Mulai merundung anak dan saudara kandung lain—Melampiaskan frustrasi kepada orang lain dan mencoba mendapatkan kembali sebagian kekuatan yang hilang.
- Cenderung diam—Anak-anak bisa diam jika mereka takut diejek atau jika mereka depresi.
- Rasa percaya diri menurun—Penghinaan, cemoohan, dan pengucilan yang sering terjadi akan menguji kepercayaan diri orang yang paling kuat sekalipun.
- Kurangnya kontak mata—Anak tidak ingin ada yang melihat rasa sakitnya.
Tanda-tanda Menghindar
- Membolos, absen—Orang tidak dapat di-bully jika mereka tidak hadir.
- Sering ingin pergi ke ruang perawat atau rumah—Tempat-tempat ini adalah tempat perlindungan yang aman.
- Menolak pergi ke kamar mandi—Toilet tanpa pengawasan adalah tempat rawan bullying.
- Menghindari orang dan tempat tertentu—Strategi ini digunakan untuk menghindari pelaku bullying.
- Datang terlambat atau pulang lebih awal—Mereka yang dilecehkan menjaga jarak dari kelompok pelaku bullying.
- Menjadi sukarelawan untuk pekerjaan agar tidak mengganggu waktu istirahat—Perundungan merajalela selama jam istirahat. Kegiatan yang menjauhkan siswa dari kekerasan diupayakan.
- Tetap dekat dengan orang dewasa—Orang dewasa dapat berperan sebagai pencegah atau pelindung.
Tanda-tanda Akademis
- Kesulitan berkonsentrasi—Sulit berpikir ketika diliputi rasa takut dan nyeri.
- Kehilangan minat pada tugas sekolah—Keselamatan adalah prioritas utama. Akademis dikesampingkan.
- Tugas sekolah tidak lengkap, berantakan, dan tidak optimal—Sulit fokus pada tugas ketika mengkhawatirkan keselamatan pribadi.
- Tidak mengerjakan PR—Anak yang dilecehkan mungkin terlalu kesal, terluka, atau lelah untuk menyelesaikan tugas; atau mungkin kehilangan kertas selama episode perundungan.
- Nilai menurun atau meningkat—Nilai biasanya menurun tetapi dapat meningkat ketika siswa menggunakan tugas sekolah untuk menangkal pikiran-pikiran menyakitkan tentang perundungan.
- Kewaspadaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok—Merupakan naluri manusia untuk menghindari orang yang menyerang atau berpotensi melakukannya.
- Menolak berpartisipasi dalam kegiatan sekolah—Kegiatan-kegiatan ini biasanya kurang diawasi, sehingga meningkatkan risiko perundungan.
Tanda-tanda Sosial
- Menjadi sasaran pelecehan, ejekan, dan ancaman—Kekejaman yang tak henti-hentinya mengikuti anak-anak korban perundungan.
- Memiliki julukan negatif—Teman tidak akan memberikan nama yang merendahkan kepada teman mereka. Nama yang menyakitkan atau merendahkan merupakan indikasi perundungan.
- Menjadi bahan lelucon, ditertawakan—Semua orang pernah diolok-olok, tetapi anak-anak korban perundungan selalu menjadi sasaran.
- Menjadi orang terakhir yang dipilih untuk kelompok atau tim—Anak-anak korban perundungan tidak diinginkan dalam tim atau kelompok. Penempatan mereka dipaksakan atau secara otomatis ketika tidak ada seorang pun yang tersisa.
- Kehilangan teman atau tidak ingin bergaul dengan teman lama—Persahabatan sering kali hilang ketika anak-anak dirundung karena mereka takut bergaul dengan teman sebaya korban perundungan karena takut mereka menjadi target baru. Ketidakmauan bergaul dengan teman-teman mungkin disebabkan oleh “teman-teman” mereka yang sekarang menindas mereka.
- Duduk sendirian—Korban perundungan dikucilkan.
- Rasa malu dan sensitif—Rasa malu atau sensitif dapat dianggap sebagai kerentanan, menjadikan anak sasaran.
- Bahasa tubuh yang buruk—Komunikasi nonverbal dapat menandakan kurangnya kepercayaan diri atau kelemahan, menjadikan orang tersebut target yang menarik.
- Kurangnya keterampilan sosial—Keterampilan sosial yang buruk dapat membuat seorang anak menonjol, meningkatkan risiko dirundung. Hal ini juga menyulitkan untuk membela diri.
- Kurangnya keterampilan asertif—Mereka yang memiliki keterampilan asertif yang buruk cenderung kurang berhasil mencegah, menangkis, atau menangani perundungan.
Tanda-tanda Lain
- Barang rusak—Buku, pakaian, dan barang-barang berharga dapat rusak selama perundungan.
- Barang hilang—Anak-anak yang dirundung mungkin mengaku buku sekolah, pakaian, dan barang berharga mereka “hilang” setelah dicuri atau dihancurkan.
- Uang “hilang”—Mereka yang dirundung mungkin takut akan pembalasan atau malu, sehingga mereka mengatakan uang mereka “hilang”, padahal sebenarnya uang itu dicuri.
- Mencuri—Siswa mungkin mencuri uang untuk membayar makan siang atau pengeluaran lainnya karena uang mereka dicuri oleh seseorang yang menindas mereka.
- Membawa senjata untuk perlindungan—Tongkat, pisau, pistol, atau senjata lainnya dapat digunakan untuk keamanan dan pertahanan diri karena tidak ada teman yang dapat membantu membela diri atau menangkis perundungan.
- Anak-anak yang tidak agresif dituduh memulai perkelahian—Tanda bahaya harus dikibarkan ketika anak-anak yang lemah, pemalu, dan tidak agresif yang tidak dapat membela diri ditemukan di tengah perkelahian dan selalu disalahkan karena memulainya.
Bagaimana peran guru dalam mencegah dan menangani bullying?
Penelitian menunjukkan ada sejumlah faktor yang memengaruhi bagaimana guru melakukan intervensi terhadap bullying pada siswa. Faktor-faktor yang berasal dari internal guru antara lain pengetahuan guru tentang bullying, sikap terhadap seberapa serius tindakan bullying, keyakinan normatif (normative beliefs) tentag bullying, isu gender dan popularitas siswa, keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi bullying (self-efficacy), dan tingkat empati terhadap siswa. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi antara lain guru kurangan waktu, tingkat stress guru, dukungan dari pemimpin, iklim sekolah (school climate), dan kebijakan tentang bullying.
Ken Rigby dalam bukunya Stop the Bullying: A Handbook for Schools menjelaskan sejumlah peran yang bisa dilakukan guru dalam mengatasi bullying di sekolah.
1. MEMBANTU MENCIPTAKAN ETOS SOSIAL YANG MUNGKIN MENGURANGI PERUNDUNGAN(i) Secara pribadi mencontohkan perilaku prososial dan penuh hormat dalam interaksi dengan siswa, orang tua, dan staf lainnya.(ii) Mengembangkan dan mempertahankan manajemen kelas yang baik. Menghindari tekanan atau perundungan yang berlebihan terhadap siswa. (Terkadang guru yang sedang menghadapi masalah yang menimbulkan stres bertindak melampaui batas kewenangan yang semestinya dan justru menjerumuskan mereka ke dalam sarkasme dan intimidasi.)(iii) Memastikan sebisa mungkin bahwa tugas-tugas pendidikan dan cara penyajiannya melibatkan minat semua siswa. (Terkadang siswa melakukan perundungan karena bosan.)(iv) Jika memungkinkan, sertakan tugas-tugas yang membutuhkan kerja sama antar anggota kelas agar berhasil diselesaikan.(v) Minimalkan situasi di mana siswa tidak sibuk, tidak diawasi, dan berada di dekat orang lain yang mungkin tidak ingin mereka dekati, terutama dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat dan sering terjadi ketika guru terlambat masuk kelas atau dipanggil keluar kelas, atau ketika siswa menunggu lama kantin buka atau angkutan umum tiba, atau sedang dalam perjalanan jauh dengan bus..2. SECARA AKTIF MENCEGAH PERUNDUNGAN(i) Dengan bersikap jeli dan merespons dengan tepat ketika perundungan terjadi di kelas atau saat istirahat, sesuai dengan sifat dan tingkat keparahan perundungan.(ii) Jika perlu, memberi tahu anggota staf lain tentang insiden tersebut dan memulai prosedur yang disepakati oleh sekolah untuk menangani pelaku..3. MEMBERIKAN DUKUNGAN DAN SARAN(i) Dengan terbuka mendengarkan siswa yang merasa menjadi korban (dan orang tua mereka) jika mereka ingin membicarakannya.(ii) Dengan menawarkan nasihat atau saran, ketika diminta, atau dengan menyediakan akses ke bantuan konseling khusus jika diperlukan..4. MENDIDIK TENTANG PERUNDUNGAN(i) Dengan memfasilitasi diskusi kelas tentang perundungan di sekolah.(ii) Jika memungkinkan, mengembangkan keterampilan yang relevan dalam ketegasan, resolusi konflik, dan mediasi antarteman sebaya pada siswa.